Why Nations Fail (Acemoglu and Robinson, 2012) — buku tebal berbahasa Inggris ini tergeletak di meja makan, tempat kami biasa berkumpul. Judulnya menarik, tapi bahasanya bikin mikir dua kali. Namun karena penasaran, akhirnya dibaca juga, meski sambil buka Google Translate.
Buku ini menjelaskan kenapa suatu negara bisa gagal atau makmur. Bukan karena lokasi geografis, budaya, atau sumber daya alam. Tapi karena “Institusi Politik dan Ekonomi” yang ada di suatu negara. Ada dua bentuk institusi yang dimaksud disini, yakni “Institusi Inklusif” yang mendorong partisipasi, perlindungan hak, dan inovasi. Sebaliknya, “Institusi Ekstraktif” yang hanya menguntungkan elite, menindas mayoritas, dan menghambat kemajuan.
Contoh menarik: Kota Nogales, satu kota yang terbagi dua—Nogales, Arizona (AS) dan Nogales, Sonora (Meksiko). Kedua sisi punya leluhur, budaya, dan geografi yang sama. Tapi setelah separuh kota dibeli AS pada 1854, perbedaan sistem politik dan ekonomi membuat perbedaan kesejahteraan jadi mencolok. Sisi utara sejahtera dengan sistem demokrasi inklusif, sementara sisi selatan terjebak pseudo democracy, oligarki, dan kesenjangan sosial.
Buku ini juga mengulas kasus Korea Utara vs Korea Selatan, Amerika Latin vs Amerika Utara, serta negara-negara seperti Mesir, Kolombia, dan Tiongkok. Sayangnya, Indonesia tidak termasuk dalam pembahasan. Padahal, banyak hal relevan yang bisa jadi bahan refleksi.
Diresensi oleh:
Agus Khotib
Pemeriksa Ahli Utama
Direktorat Jenderal Pemeriksaan Keuangan Negara V
The elements of power : lessons on leadership and influence
Bacon, Terry R. SOCIAL SCIENCE; INDUSTRIAL MANAGEMENT; LABOR
Why nations fail : the origins of power, prosperity, and poverty
Acemoglu, Daron POLITICS;
Darono, Agung MICROSOFT SOFTWARE; COMPUTER PROGRAMMING
Pengarang
Subyek