Jakarta, dalam cerita-cerita ini, adalh ceruk yang tenang tapi gersang, berisik tapi sunyi, gemerlap tapi muram. Jakarta seperti musik jazz: serba ada dan menawarkan segala kemungkinan. Paradoks-paradoks itu bisa hadir sendiri-sendiri, tumpang tindih, atau berombongan sekaligus sehingga sulit menyebut apa warna Jakarta sesuangguhnya. Sebutlah sesuatu, itulah Jakarta.
Kisah yang berkesan ternyata tak perlu datang dari gagasan besar, imajinasi aneh-aneh. Tapi perajin yang baik akan memulas bonggol tak berguna menjadi patung yang dahsyat. Tergantung bagaimana keunikan dibentuk dengan jalinan yang bernas. Jakarta kafe telah melakukannya.