Memang sebelumnya Rehan sudah berkata untuk mundur darinya namun hatinya masih belum sanggup. Kini Anisa sudah merasa lapang dada untuk rela melepas dan mundur dari Rehan. karena dekat dan bersama dengan Rehan hanyalah membuatnya sakit terus menerus. Sudah banyak yang Anisa perjuangkan untuk tetap bertahan dengan Rehan walaupun dengan ketidakjelasan status hubungan. Sedangkan Rehan sama sekali tidak ada perjuangan atas dirinya. Anisa pun mundur dan pisah dengan Rehan dengan penuh kebencian. Tidak ada yang bisa mampu mengobati luka hatinya itu. Karena luka itu sudah cukup parah untuk diobati dan disembuhkan oleh siapa pun. Hal pahit memang tidak perlu diungkit hanya akan menambah kebencian namun tidak ada seorang pun yang ingin mengungkit hal pahit hanya saja hal pahit akan tetap terkenang dan tersemat permanen di dalam hati bahwasanya pernah dilukai. Intinya jangan pernah tebarkan luka jika kau tak sanggup menutup luka itu. Mereka mampu memberikan kesan terindah di awal perjumpaan namun tidak bisa menghadirkan perpisahan yang manis diantara mereka, yang tersisa hanyalah kebencian dan perasaan yang penuh pengkhianatan. Ini menjadi suatu pembelajaran bagi Anisa untuk ke depannya, lebih hati-hati dalam hal apapun. Agar ia tidak terjatuh dan tersakiti untuk yang kedua kalinya. Yang jadi pertanyaan besar sekarang ini, apakah Rehan modus atau tulus? Tidak ada yang mampu menjawab. Anisa pun senantiasa berharap dan berdoa, andai ia hatinya terjatuh lagi semoga Allah tidak lagi menjatuhkannya pada orang yang pandai mematahkan hati. Kini Anisa lebih fokus pada kehidupannya dan berusaha melupakan Rehan dan menyingkirkan jauh-jauh Rehan dalam hidupnya, agar ia bisa merasa tenang dan sakit hatinya dapat terobati dengan sendirinya seiring waktu bergulir.