Bintang Aquila. Itu namaku yang diberikan ayah dan ibu padaku, terlahir di kota pelajar Yogyakarta. Ibu bercerita kenapa aku diberi nama Bintang Aquila konon saat malam, langit gelap hitam pekat. Aku berlari menuju bukit, di mana terhampar padang luas. Sedikit aku henti dan berjalan, kemudian berlanjut lari. Hampir kehabisan napas hingga aku melihat sepercik cahaya, berkelip. Bintang! Sebentar lagi sampai menginjakan rumput. Satu, dua, ah lebih dari setahun lamanya menuju bukit itu. Terpikir untuk menyerah, mungkin aku salah, mungkin itu bukan bintang dan mungkin padang itu tidak pernah ada di atas bukit. Hingga di bulan ke lima belas aku merasakan tanah lembut di kakiku, lengkap dengan rerumputan. Aku sampai! Bukan khayalan lagi. Ketika aku ingin menyerah dan kembali turun, ternyata bintang itu yang menarikku semakin menuju bukit.