Saat bahtera rumah tangga baru saja berlayar dengan kondisi angin yang lembut, tampak keindahan menghiasi setiap sudut kehidupan, senyum dan tawa selalu hadir menyapa mesra. Tapi, saat badai datang, lambung bahtera retak, beberapa istri mulai kesal, uring-uringan, marah, bahkan mereka merasa terjebak di dalam bahteranya sendiri. Mereka tak lagi merasakan enaknya pernikahan, tapi sebaliknya, kini mereka merasakan pernikahannya hambar bahkan muak. Hmm, badai yang garang membuat beberapa wanita kelihatan watak aslinya. Akhirnya mereka membenci badai, kenapa? Karena mereka tak mampu melihat dari sudut pandang yang tepat. Andaikan mereka mampu melihatnya dengan view yang tepat, maka jiwa mereka pasti akan berkata, Ya Allah, jadikan badai ini membuat aku dan suami berpelukan semakin erat dalam kebersamaan dunia akhirat.