Bilang kalau kamu mau aku pergi. Bilang kalau kamu nggak suka aku hadir di hidup kamu. Say it if you mean it. Benara Wijaya Kamuflase cinta. Penorehan luka. Hancurnya kepercayaan untuk bertahan. Kepalsuan dalam sebuah keluarga membuat Aluna Sarasita tidak akrab akan cinta. Sampai seorang lelaki tampan nan mapan yang merupakan pemilik hotel Saint Wijaya tempat mereka dipertemukan, menetap di dunianya bak lentera dalam gulita. Terdengar seperti omong kosong! Bahkan lelaki biasa pun enggan menerima Saras apa adanya. Namun, Benara Wijaya benar-benar berbeda. Saras tahu, menerima Ben adalah sebuah kekeliruan. Sekalipun lelaki itu berupaya meyakinkannya, kehidupan Ben yang sempurna tetap menjadi alasan bagi Saras beranggapan Ben tidak akan pernah memahami kondisinya. Mereka berbeda. Bak bumi dan langit. Bak hitam dan putih. Saras pun semakin yakin untuk menghapus Ben dari hidupnya. Tanpa peduli harapan yang telah dibangun oleh lelaki itu. Tanpa peduli ada hati yang hancur berkeping-keping karenanya. Lantas, berhasilkah Benara Wijaya membawa Saras pada akhir kisahnya? Mampukah ia menyadarkan Saras bahwa perempuan itu adalah luka sekaligus bahagia terindahnya?