Humor itu dapat menyegarkan jiwa. Hati yang gundah-gulana, sedih dan galau, dapat diobati dengan humor-humor yang menyegarkan hati. Malah, humor dapat dijadikan juga sebagai sarana untuk mencairkan suasana agar lebih cair dan ceria. Para kiai di pesantren kadangkala menjadikan humor sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang menyentil. Dengan cara begitu, orang disentil tidak akan terasa bila ia sedang dinasehati, namun beberapa saat kemudian ia menyadari akan kekhilafannya.
Terlebih lagi apabila humor yang bernuansa sufistik itu disampaikan oleh seorang kiai waskita dan kharismatik yang sangat disegani dan dihormati oleh umatnya, sungguh sangat efektif dalam mengubah perilaku seseorang yang bertentangan dangan tuntunan agama. Kebiasaan buruk sebagian orang yang suka berjudi togel, misalnya, dapat diubah oleh Kiai Hasani Nawawie melalui pesan-pesan relijius yang humoris.
Buku Keriangan Beragama ini berisi humor-humor sufistik Barkh Al-Aswad yang nyeleneh dalam berdoa namun makbul, senyum Rasulullah SAW terhadap Nuaiman dan Abubakar, Senyum Ali bin Abi Thalib saat “menyaksikan” Umar bin Khatab membentak malaikat, kisah-kisah ketengilan Abu Nawas terhadap Harun Al-Rasyid, kesabaran Abdurrahman Bajalhaban terhadap istrinya yang cerewet, nuansa sufistik dan humoris dakwah Masyayikh Sidogiri, kepiawaian Syaichona Cholil Bangkalan dalam memberikan solusi berbagai masalah keagamaan, ketawaduan Kiai Hamid Pasuruan saat dicibir oleh Kiai As'ad Samsul Arifin.
Kiranya pembaca dapat menikmati suguhan humor-humor sufistik yang disajikan pada buku ini. Harapannya, suguhan tersebut dapat melahirkan keriangan dalam beragama. Sebab, menjalani agama itu tidak melulu dengan keseriusan yang mungkin saja bisa membuat orang akan akan bosan, Namun, dengan keringan beragama akan membuat orang jadi rileks dan gembira dalam melaksanakan berbagai ritual keagamaan seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya.