Titik terendah dalam kehidupan saya terjadi keti ka suami berpulang karena Covid-19, Maret 2020. Tiga hari setelahnya, saya pun harus diisolasi di rumah sakit. Isolasi yang menyelamatkan jiwa, bukan hanya raga. Saya mengisi hari-hari selama 19 hari isolasi dengan menulis. Menulis menguatkan mental saya menghadapi pandemi keluarga ini. Seluruh perasaan saya tumpahkan di notes kecil, entah itu perasaan kecewa, menyesal, sedih, sepi, ataupun rindu yang membaur, menyatu. Writi ng for healing membantu kesehatan mental saya, membantu saya menemukan kepasrahan yang positif, mengembalikan kehidupan saya pada Yang Maha Mengatur. Pesan inilah yang ingin dikuatkan dalam buku ini. Sang penulis buku, Kristin Samah, mengajak pembaca untuk menyelami kehidupan secara lebih arif dan positi f melalui kegiatan menulis. Semoga buku ini dapat menginspirasi pembaca dalam menjalani kehidupan yang dinamis dan menemukan kebahagiaan sejati .Prof. dr. Adi Utarini M.Sc., MPH, Ph.D. Dosen FKKMK UGM, Lahir di penghujung tahun 80-an kadang saya merasa bingung dengan generasi manakah saya merasa paling relevan. Saya tumbuh dengan pengetahuan bahwa kognitif adalah ‘raja' dan menyisakan ruang yang sangat kecil untuk emosional. Pada akhirnya kehidupan yang saya jalani membawa saya pada sebuah kenyataan bahwa yang dibutuhkan adalah keseimbangan, sama seperti alam dan kehidupan itu semua serba-seimbang. Buku ini sama seperti kehidupan itu sendiri, karena di sini semuanya seimbang, sesuai porsi, tidak berat namun tetap berbobot, lahir pada waktu dan tempat yang tepat untuk generasi saya dan seterusnya. Kalau ini sebuah masakan, tiada kata lain untuk menggambarkan buku ini: PAS Celestinus Hendra Game Plan Professor di lingkaran.co