• Soedirman : seorang panglima, seorang martir

• PengarangTim Buku Tempo
• TerbitanJakarta : Kepustakaan Populer Gramedia , 2012
• ISBN978-979-91-0524-0
• Nomor Panggil920 TIM s
• BahasaIndonesia
• SubyekBIOGRAPHIES

---

#	Nomor Induk	Lokasi	Status
1	JKPKBPKPP-KBE-2748	ePerpus	Tersedia

Tidak ada resensi

Yang sakit itu Soedirman, tapi Panglima Besar tidak pernah sakit. Pagi itu, 19 Desember 1948. Panglima Besar bangkit dan memutuskan memimpin pasuka keluar dari Yogyakarta, mengkonsolidasikan tentara, dan mempertahankan Republik dengan bergerilya.
Panglima Besar adalah terkait sumpah: haram menyerah bagi tentara. Karena ikrar inilah Soedirman menolak bujukan Sukarno untuk berdiam di Yogyakarta. Dengan separuh paru-paru, ia memimpin gerilya. Selama delapan bulan, dengan ditandu. Ia keluar-masuk hutan.
Di medan gerilya, Panglima Besar dipercaya bisa bersembunyi dari kerajaan Belanda. Mampu menyembuhkan orang sakit dan konon menjatuhkan pesawat terbang dengan meniupkan bubuk merica. Aktivis Hizbul Wathan, mantan guru, dan peletak dasar kultur TNI yang ironisnya dulu sempat berkata, Saya cacat tak layak masuk tentara. Dialah Soedirman: panglima, martir.
Kisah tentang Soedirman adalah jilih kedua dari seri "Tokoh Militer" yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo November 2012. Serial ini mengupas, menguak, dan membongkar mitos dan berbagai sisi kehidupan para perwira militer yang dinilai mengubah sejarah.