Sepanjang kariernya sebagai intelektual Muslim, KH. Abdurrahman Wahid atau lebih akrab dikenal Gus Dur telah menghasilkan banyak karya tulis berupa opini atau artikel, makalah, dan sebagainya yang dimuat oleh sejumlah media di tanah air maupun mancanegara. Seorang peneliti yang telah melakukan studi bibliografis yang dilakukannya, telah ditemukan ada 493 buah tulisan Gus Dur sejak awal 1970-an hingga awal tahun 2000. Jika dihitung hingga akhir hayatnya (30 Desember 2009), tulisan-tulisan tersebut bisa mencapai 600 buah lebih. Karya intelektual yang ditulis selama lebih dari dua dasawarsa itu dapat diklasifikasikan ke dalam delapan bentuk tulisan, yakni tulisan dalam bentuk buku, terjemahan, kata pengantar buku, epilog buku, antalogi buku, artikel, kolom, dan makalah. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa KH. Abdurrahman Wahid tidak sekadar membuat pernyataan dan melakukan aksi-aksi sosial politik, kebudayaan, dan pemberdayaan masyarakat sipil belaka, tetapi juga merefleksikannya ke dalam berbagai tulisan. Sebagian tulisan tersebut belakangan diterbitkan dalam bentuk buku. Oleh karena buku-buku tersebut merupakan bunga rampai tanpa ada revisi dan rekontruksi ulang dari Gus Dur, kesan ketidakutuhan bangunan pemikiran tidak dapat terhindarkan. Namun, begitulah barangkali cermin latar intelektual putra pendiri NU ini, yang bukan berasal dari tradisi akademik “sekolah modern†yang setiap tulisannya terikat dengan suatu metodologi dan referensi formal. Tetapi, hal tersebut tak mengurangi bobot isi dari setiap pemikiran yang dituangkannya dalam berbagai tulisan tersebut