Buku ini adalah sebuah kisah desa kami yang majemuk. Kami sesuku, se-ras, tapi tak seagama. Islam mayoritas di kecamatan kami, Buddha menempati urutan kedua, selanjutnya Kristen dan Katolik. Di beberapa dusun, Buddha atau Kristen menjadi mayoritas. Dalam keadaan sosial yang sedemikian kompleks, kami yang muslim harus betul-betul memiliki ilmu tertentu agar kami bisa tetap menjalankan peri kehidupan sosial, tanpa harus mencederai ajaran agama kami. Ilmu tersebut disebut ilmu toleransi. Di buku ini, penulis juga menuangkan bagaimana Islamisasi di Indonesia dilakukan sehingga membentuk karakter Islam nan ramah. Juga dalam bab akhir, disinggung tahap-tahap amar makruf nahi mungkar menurut fukaha serta radikalisme dan seputar dari mana munculnya radikalisme dan intoleransi. Buku ini menjadi panduan bagi orang-orang muslim yang hidup di tengah masyarakat plural seperti desa penulis. Harapannya, seorang muslim bisa tampil santun di hadapan non muslim dengan tetap percaya diri dan menjaga muruah ajaran agamanya sendiri. Juga agar seorang muslim bisa seimbang dalam mengamalkan ritual dan sosialnya