Aliyah merasakan beratnya perjuangan berumah tangga dengan mualaf. Takuma suaminya bukan saja melupakan janji untuk belajar agama, tapi juga makin tak acuh dan lebih memilih menyibukkan diri dalam pekerjaan. Kala hati dan pikiran keduanya makin jarang bertemu, Aliyah pun bermain-main dengan cinta lain untuk kemudian mendapati dirinya hamil.
Bersama dua sahabat yang baru dikenalnya, Ajeng gadis metropolis yang alergi terhadap kata nikah dan Miyu gadis Jepang yang lebih mirip putri Solo, Aliyah berusaha mengurai benang kusutnya. Akankah jalinan kisah di Jepang- Thailand-Indonesia ini semakin jauh memisahkan Aliyah dan Takuma, ataukah justru membukakan hati keduanya?